Wednesday 9 February 2011

Berburu Tiket Murah ke Eropa

“Suwun sanget mbak Tita, telah berkenan mengajak saya bergabung di blog ini”, itulah kalimat pertama yang ada dipikiran saat ingin mulai menulis.

Sebelum bercerita tentang rencana Euro trip saya dan Reyhan dalam waktu dekat ini (semoga Allah mengijinkan), terlebih dahulu ingin saya tulis bagaimana excited-nya saat terima inbox di account fesbuk dari travel book writer favorit saya yang tak lain adalah Matatita (nama bekennya), saat itu Jumat 21 Januari 2011 saya dalam perjalanan pulang ke Bandung usai wawancara permohonan Visa Schengen di Kedutaan Belanda. Seolah mimpi di siang bolong, saya ulang beberapa kali membaca isi pesannya untuk meyakinkan apakah ada kesalahan baca atau tidak. Isinya tetap sama, yang intinya mengajak saya menulis buku bareng tentang traveling with kids yang akan mbak Tita terbitkan sendiri. Mengingat, menimbang dan akhirnya saya memutuskan (hehe belaga surat resmi yak) untuk menerima tawaran itu.

Mengingat….beberapa bulan yang lalu tepatnya tanggal 8 November 2010 sesuai tulisan saya di buku Eurotripnya mbak Tita (saya terbiasa menuliskan tanggal pembelian di tiap buku yang dibeli), saat itu spontan terlontar dari mulut mungil ini (hihi numpang narsis disini) “aaahhhhh…..andai saja bisa mendokumentasikan setiap travel bersama Reyhan dengan cara seperti ini” (sambil menunjukkan buku Euro trip kepada teman yang saat itu menemani ke toko buku). Dan dialah orang pertama yang mengetahui tawaran mbak Tita, Ini seperti magical sentence dan menjadi miracle di awal tahun kelinci emas ini bagi saya. Gusti, tak ada sesuatu yang terjadi tanpa ijinMu dan kejadian ini saya maknai sebagai kesempatan emas yang tak boleh dilewatkan. Kesempatan untuk belajar lebih dan lebih lagi.

Mundur ke tahun 2010 (tanpa perlu mesin waktu tentunya hehe), saya dan Reyhan berhasil melakukan mandiri travel ke Malaysia dan Thailand, jiwa petualang saya tak pernah bisa berhenti sehingga merencanakan traveling untuk tahun 2011. Awalnya ada keinginan menambah koleksi kunjungan ke Negara Asia, sempat terpikir Jepang/Korea/Kamboja/Vietnam/India. Mulailah sejak saat itu memperpanjang jam ‘kencan’ bersama um gugel untuk mendapat info seputar negara-negara tersebut. Tapi akhirnya pencarian terhenti saat tak sengaja saya temukan tulisan mas Alisanta tentang wisatanya ke Eropa bersama istri selama 15 hari hanya menghabiskan budget 49 juta rupiah. Akomodasi dan destinasinya cukup menarik (dalam arti bukan backpack style tapi bukan pula memakai gaya para ‘traveler kurang cerdas’).

Singkat waktu saya langsung ‘berpaling’ dari Asia ke Eropa setelah mengetahui dan mempertimbangkan berbagai hal, tentu keputusan ini juga telah mencapai kesepakatan dengan Reyhan. Saya memang terbiasa berdiskusi tentang hal ini karena tak ada artinya bila dia tidak merasa enjoy menjalaninya.

Destinasi telah ditentukan maka perburuan tiket promo dimulai, saya mendaftar sebagai member beberapa penerbangan ke Eropa dengan tujuan mendapat email bila ada penawaran khusus. Diantaranya KLM, Luthfansa dan Turkish. Anggaran untuk Tiket 2 orang PP sebesar Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah). Hari, minggu, bulan….ada beberapa email masuk tentang penawaran tiket promo tapi harga masih di kisaran USD 835 – USD 900/ orang PP. Harga masih diatas yang telah dianggarkan.

Tanggal 19 Mei 2010, beep…beep… nada dering sms masuk terdengar di ponsel. Pengirimnya HSBC (saya pemegang Kartu Kredit Air Asia HSBC), isi sms adalah memberi informasi tentang adanya kursi gratis ke berbagai destinasi dan harga promosi untuk destinasi lainnya. Keuntungan sebagai pemegang kartu tersebut adalah memiliki kesempatan booking lebih awal (1atau 2 hari sesuai ketentuan pihak Air Asia sebelum mereka ‘melempar’ secara umum).

Tanpa membuang waktu, sepulang dari kantor jam 17.30 langsung buka laptop dan searching tiket promo KL-STN (Kuala Lumpur-Stansted London). Saat itu belum ada destinasi KL-Paris. Tidak mudah dan memerlukan kesabaran juga strategi untuk mendapatkan tiket promo tersebut. Saya search semua tanggal sesuai periode keberangkatan (tertera jelas di website-nya). Mencatat semua tanggal dengan harga rendah, lalu dicocokkan dengan jadwal cuti tahunan kantor dan kalender akademik sekolah Reyhan. Akhirnya saya mendapat tanggal yang pas walau bukan merupakan harga terendah.

Proses booking diulangi lagi sesuai tanggal yang telah cocok tadi dan berharap harga masih seperti semula, karena terkadang selisih waktu hitungan menit saja harga langsung berubah karena tentunya bukan hanya kita yang melakukan ‘perburuan’. Kejadian itu pernah saya alami saat booking kursi gratis ke singapura tahun 2009. Oleh karena itu kita harus cepat membuat keputusan untuk melakukan pembelian atau tidak.

Mengingat Air Asia sebagai pesawat low cost maka kita harus cermat mengamati rincian harga yang tertera. Karena sebelumnya terbiasa menggunakan Garuda Airline yang harga tertera merupakan nett price, maka lain halnya dengan Air Asia. Oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Pajak bandara tidak termasuk dalam harga, yang besaran rupiahnya berbeda tergantung destinasi dan airportnya
- Bagasi belum termasuk di harga tiket, jadi baiknya kita bisa mempertimbangkan untuk membeli layanan ini atau tidak sesuai kebutuhan
- Pilihan kursi, untuk hot seat kita harus membayar lebih. Hot seat memiliki ‘legroom’ yang lebih luas dibanding kursi standar
- Pembelian makanan, Air Asia tidak memberikan makanan ataupun minuman secara cuma-cuma dan jangan heran bila dalam pesawat pramugari akan ‘menjajakan’ makanan dan minuman dengan harga yang tentu cukup fantastik. Awalnya saya juga tidak mengetahui hal ini, dan secara santai order beberapa jenis makanan dan minuman . (sambil menahan tawa akhirnya saya bayar saat pramugari menyebutkan jumlah rupiahnya, tapi hal itu mengundang omelan Reyhan yang mengatakan di dalam pesawat kok ada pedagang asongan ya mami)

Dengan pertimbangan penerbangan KL-STN yang membutuhkan waktu tidak sebentar, maka saya memutuskan membeli hot seat karena khawatir Reyhan ‘rewel’ dan ‘ngomel’ kalau dia tidak mendapatkan posisi duduk yang nyaman. Selain hot seat saya juga membeli layanan bagasi juga asuransi. Total harga (termasuk pajak bandara dan special request : hot seat, bagasi dan asuransi tadi) setelah di kurs dalam mata uang Rupiah menjadi jreng …. jreng…..Rp. 11.500.000,00 (Sebelas juta lima ratus ribu rupiah untuk 2 orang PP. Yeeeeeeeeees lebih rendah dari harga yang ditargetkan. Pembayaran menggunakan Kartu kredit dan dicicil 10 bulan jadi persis lunas saat menjelang keberangkatan. Ini membuat saya merasa tak pernah mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk pembelian online tiket ini hehehe. Oya bila dibandingkan harga tiket saat ini dengan tanggal penerbangan yang sama persis didapat harga kisaran Rp. 20.000.000,00 (Dua puluh juta rupiah) ini belum termasuk pembelian layanan bagasi dan hot seat. Hmm… artinya saya menghemat sekitar 50% dari harga normal.

Tiket murah ke Eropa telah didapat, selanjutnya akan saya bagi pengalaman berburu tiket promo dari Bandung ke Kuala Lumpur. Tapi tidak sekarang yaaaaa…..

Please….untuk penulisan pertama ini mohon dengan sangat agar dimaklumi kalau masih jauh dari kategori easy reading (mulai krisis PD nih). Satu hal ingin saya sampaikan sebelum berhenti menekan tombol keyboard di hadapanku, bahwa traveling yang kami lakukan sejak Reyhan balita bukan semata untuk hura-hura atau just for fun tapi tetap memiliki tujuan untuk ‘open his mind’, bahwa dunia ini sangat luas dan Allah menciptakan begitu banyak keindahan juga keberagaman. Dari situ kuharap Reyhan lebih mengenal dan menjaga ciptaanNya, memiliki kemandirian, wawasan dan pergaulan yang luas, belajar berbagai budaya, toleransi, disiplin, memiliki fighting spirit, serta masih banyak manfaat lain dari traveling.

No comments:

Post a Comment