Saturday 9 April 2011

Tiba juga di Singapura

Kami tiba di Singapura pukul 10 pagi, lebih cepat 10menit dari jadwal semula. Wah, pilotnya ngebut rupanya. Sayangnya cuaca cerah ceria ketika kami berangkat dari bandara Adisucipto-Yogyakarta, tidak demikian adanya ketika mendarat di Changi Airport-Singapura. Pesawat sempat terguncang-guncang beberapa kali sebelum akhirnya mendarat dalam guyuran hujan. Fiuh, akhirnya menginjakkan kaki di negara lain. Satu hal yang paling menonjol, bandaranya bersih, sejuk dan tertib sekali. Banyak petunjuk arah yang jelas, sehingga bagi orang yang pertama kali bepergian jauh seperti saya, sama sekali tidak mengalami kesulitan harus menuju kemana setelah turun dari pesawat. Tidak ada calo yang berjejal menawarkan berbagai macam jasa. Kami menuju pemeriksaan imigrasi dengan tertib. Setelah mengisi kartu kedatangan, kami mengantri untuk bisa masuk ke Singapura. Biasanya kartu imigrasi dibagikan dan diisi di dalam pesawat. Karena pihak maskapai penerbangan mengaku kehabisan kartu kedatangan, maka para penumpang harus mengisi kartu kedatangan tepat sebelum loket pemeriksaan.

Tak perlu takut melewati pemeriksaan imigrasi selama kita berkunjung sesuai aturan. Apalagi jika sudah memiliki reservasi hotel dan tanggal kepulangan yang fixed, akan lebih mudah mendapatkan stempel ijin berkunjung selama 30 hari. Saya sempat memotret proses pemeriksaan di Imigrasi, yang sebenarnya tidak diperbolehkan (saya baru tahu kemudian ketika melihat ada gambar kamera dicoret). Untung tidak ditegur petugasnya, tapi untuk amannya lebih baik jangan meniru tindakan saya :-D

Membawa dua anak kecil jelas sangat menguntungkan. Setelah mengambil bagasi dan harus melewati pemeriksaan barang bawaan, kami diperlakukan dengan sangat baik dan sopan. Tanpa banyak pertanyaan, bahkan mendapatkan ucapan selamat berlibur dengan bonus senyum dari para petugasnya.

Untuk keluar dari bandara juga tidak ada kesulitan berarti. Petunjuknya sangat jelas, mau naik taksi, bis, atau MRT (Mass Rapid Transport). Dengan tujuan Orchard, kami sudah berencana untuk menggunakan MRT. Kebetulan teman kami meminjamkan 3 kartu Ez-link yang bisa digunakan untuk bepergian menggunakan beberapa kendaraan umum di Singapura. Untuk anak-anak dengan tinggi badan di bawah 90cm, tidak perlu membeli tiket. Cukup digendong saja melewati pintu masuk otomatis. Atau jika naik stroller, bisa melewati plafon khusus untuk penumpang dengan kereta dorong atau kursi roda. Bagi yang belum memiliki kartu Ez-link, bisa membeli di loket yang disediakan. Dengan harga 15$, kita mendapatkan kartu dengan isi 10$, 5$ merupakan harga kartu (non refundable). Kartu ini bisa diisi ulang (top up) di mesin isi ulang otomatis, atau isi ulang manual di loket dengan besaran minimal isi ulang 10$. Cara menggunakan kartu Ez-link dengan cara men-tap kartu di pintu masuk otomatis stasiun MRT, dan kemudian men-tap kembali di pintu keluar stasiun tujuan. Saldo kartu dengan otomatis akan berkurang sesuai dengan tarif antar stasiun antara 0.8$ hingga 2$ untuk jarak terjauh. Mirip dengan busway, ketika kita pindah kereta tapi tidak keluar dari stasiun, maka kita tidak perlu men-tap kartu kita. Mesin yang akan otomatis menghitung berapa tarif yang perlu kita bayar.

Perjalanan dengan MRT di hari kerja sekitar jam 11 siang sangat menyenangkan. Kereta kosong dan banyak bangku kosong. Jangan lupa, kita tidak diperbolehkan makan dan minum selama di dalam kereta. Pengecualian untuk anak batita, sepertinya boleh-boleh saja minum susu dari botol atau disusuin ibunya. Anak bungsu saya masih ngedot, dan pernah pada suatu ketika ketika di dalam MRT sakaw minta nyusu. Karena saya takut melanggar aturan –apalagi Singapura dikenal dengan kota denda- maka saya hanya bisa menghiburnya untuk menahan rasa hausnya. Agak rewel jadinya. Tapi ketika saya melihat anak penumpang lain menyusu di dalam kereta dorongnya, akhirnya saya beranikan diri memberikan dot susu pada si bungsu. Saya pikir jika nantinya didenda, ada temennya :-D

Kami tiba di apartemen di Orchard sekitar jam 12 siang. Pas waktunya makan siang. Karena kamar yang kami pesan masih dalam proses pembersihan, kami mencari makan siang di foodcourt yang terletak lantai dasar tempat kami menginap. Si sulung yang sedemikian terpincutnya dengan chicken rice yang dipesannya di pesawat, memilih untuk mencoba chicken rice asli Singapura. Harganya sekitar 4$. Nasi gurih dihidangkan dengan potongan ayam panggang dan semangkuk kuah kaldu. Ditambah segelas susu coklat seharga $1, si sulung puas sekali dengan pilihan menu makan siangnya.

Usai makan siang, kami naik ke apartemen untuk mandi dan merapikan barang bawaan. Selanjutnya kami siap berkeliling Singapura.

Sunday 6 March 2011

Packing list for kids


Dari packing list sebelumnya, berikut adalah barang-barang khusus untuk Reyhan :

1. Dokumen
a. Paspor (tersimpan juga filenya di USB dan email, in case something happen ini bisa membantu)
b. Polis asuransi perjalanan
c. Surat konfirmasi pembelian : tiket pesawat, tiket kereta api, tiket masuk tempat wisata, kartu pass
d. Diary, untuk mencatat segala sesuatu selama traveling
(Poin a-c disimpan oleh saya)

2. Barang Elektronik
a. Notebook, handphone, PSP (PlayStation Portable), Alfalink (kamus elektronik multilingual)
b. Charger (untuk PSP, Alfalink, HP, NB), USB, Card reader

3. Pakaian
a. Jaket, kaos, celana panjang katun/jeans. kaos : 6pcs , celana panjang : 3pcs dan jaket :2pcs. Tidak membawa banyak pakaian karena disana musim dingin sehingga akan jarang berkeringat. Bila kotor akan memakai jasa laundry atau membeli yang baru.
b. Underwear sekali pakai (dibuang setelah dipakai) agar kapasitas backpack menjadi longgar saat kepulangan
c. Long jhons (thermal under wear), fungsinya untuk menghangatkan tubuh saat cuaca dingin yang dipakai sebagai pakaian dalam
d. Sarung untuk sholat, sarung tangan, kaos kaki, syal, vest/rompi, sunglasses, sepatu, topi, travel pillow

4. Perlengkapan Mandi
a. Sabun, shampoo (travel size), sikat gigi, pasta gigi, body lotion (ini penting untuk melembabkan kulitnya yang sensitif)
b. Closet seat sanitizer (untuk membunuh kuman sebelum duduk diatas kloset) Reyhan termasuk anak yang “penjijik” sehingga barang ini menjadi sangat penting agar tidak ilfil bila masuk toilet (mungkin akibat faktor kebiasaan kami di rumah yang memiliki toilet masing-masing, jadi hal ini akan berlaku tidak sama untuk anak lainnya), hand sanitizer, handuk ukuran sedang namun beratnya yang ringan, payung dan jas hujan (antisipasi terhadap berbagai cuaca, bila memutuskan beli disana akan membutuhkan dana yang lebih besar dibanding dengan membawanya dari Indonesia)

5. Obat-obatan
a. Obat flu, demam, pusing, diare, obat batuk asma, vitamin
b. Obat gosok, minyak kayu putih, plester untuk luka, lotion anti nyamuk

6. Makanan dan peralatannya
a. Susu bubuk sachet, havermuut, mie instan, sambal botol (Rey penyuka rasa pedas), macam-macam biskuit, permen
b. Mug (ini penting karena di Eropa terdapat banyak kran air siap minum)
c. Stainless bottle (karena Rey menyukai minuman hangat)
d. Sendok-garpu lipat

7. Kosmetik
Walau sebagai anak laki-laki, Reyhan telah dididik untuk menjaga kesehatan kulit karena memiliki kulit sensitif, oleh karena itu berikut adalah perawatan kulit yang dibawa :
a. pelembab kulit, sunblock (kalau diperlukan), sabun cuci muka. Semua produk khusus untuk anak sesuai anjuran dokter.
b. Eau de toilette, deodorant

Pengepakan pakaian dan perlengkapan mandi Rey menjadi satu dalam koper saya, jadi isi tas Rey untuk backpack beroda (trolley) adalah makanan ringan, susu bubuk sachet, mie instan, sambal botol, payung, jas hujan. Backpack tanpa rodanya berisi PSP, notebook, ponsel, charger, USB, sarung tangan, vest, syal, topi, travel pillow, stainless bottle, sendok-garpu lipat (tas ini dibawa ke dalam kabin sehingga barang yang tersimpan didalamnya adalah barang yang saya pikir akan Rey butuhkan selama perjalanan).

Saturday 5 March 2011

Packing....Packing...


Hari ini, Sabtu 05 Maret 2011 saya mulai menginventarisasi barang apa saja yang akan dibawa ke Eropa. Aktivitas ini saya lakukan bersama Reyhan agar kami dapat membuat kesepakatan apa yang menjadi tanggung-jawab masing-masing. Saya bertanggung-jawab terhadap 1 buah koper ukuran sedang dan backpack beroda, sedangkan Reyhan mendapat tugas membawa backpack beroda dan backpack tanpa roda. Backpack beroda menjadi pilihan agar tidak terlalu membebani punggung kami, sehingga bila keadaan memungkinkan untuk didorong tak perlu digendong.

Packing sengaja saya lakukan jauh-jauh hari selain agar dapat terkoreksi hari demi hari mengenai urgensi dan ukuran berat suatu barang, juga mengingat kesibukan saya di hari kerja. Sebagai karyawan salah satu BUMN, sepulang kerja saya mengikuti pendidikan estetika akupunktur guna mendukung bisnis yang tengah dirintis dalam bidang kecantikan, sehingga setiap hari sampai rumah disaat matahari telah lama tenggelam. Dengan kesibukan tersebut saya harus bijak mengatur waktu, apalagi sebelum keberangkatan traveling ini dijadwalkan adanya ujian lokal akupunktur yang tentu memerlukan konsentrasi untuk belajar. Alhamdulillah untuk ujian kompetensi tingkat nasional pelaksanaannya pada bulan April sehingga saya harap bisa mengikutinya sepulang dari Eropa dan memiliki persiapan yang cukup.

Manfaat lain packing jauh-jauh hari adalah untuk mengetahui berat kotor barang-barang setelah dimasukan ke dalam koper, hal ini agar tak terjadi over weight saat masuk dalam bagasi pesawat.

Berikut adalah daftar barang yang akan dibawa :
1. Dokumen
a. Paspor (tersimpan juga filenya di USB dan email, in case something happen ini bisa membantu)
b. Money belt, berpengalaman traveling bersama Reyhan sejak balita membuat saya hafal betul kerepotannya, jadi untuk keamanan saya akan menyimpan sebagian besar uang dan kartu kredit beserta ID penting lainnya di money belt. Namun sesuai pepatah jangan taruh telur dalam satu keranjang maka sayapun akan menyimpan uang di beberapa tempat yang berbeda.
c. Polis asuransi perjalanan
d. Surat konfirmasi pembelian : tiket pesawat, tiket kereta api, tiket masuk tempat wisata, kartu pass
e. Diary. Saya dan Reyhan membawa masing-masing 1 diary untuk mencatat segala sesuatu yang kami alami selama traveling
f. Itinerary lengkap dengan data mengenai rute, alat transportasi (beserta harga tiket ke dan dari tempat wisata, hotel, airport, stasiun), masjid, Kedutaan RI.

2. Barang Elektronik
a. Handycam, kamera, notebook/laptop, travel rice cooker, travel iron, handphone, Ipod, PSP (PlayStation Portable), Alfalink (kamus elektronik multilingual)
b. Tripod, mini DV kosong, Charger, USB, Card reader, multi electronic socket (soket kabel dengan berbagai macam fitting)

3. Pakaian
a. Coat/Jaket, kaos, celana panjang katun/jeans (masing-masing kami hanya membawa kaos : 6 , celana panjang : 3 dan jaket/coat :2). Tidak membawa banyak pakaian karena disana musim dingin sehingga akan jarang berkeringat. Bila kotor saya akan memakai jasa laundry atau membeli yang baru. Untuk stylish-nya saya akan pakai pola mix n match saja agar tidak membosankan
b. Underwear sekali pakai (dibuang setelah dipakai), agar kapasitas koper kami menjadi longgar saat kepulangan sehingga bisa untuk tempat souvenir yang akan dibeli.
c. Long jhons (thermal under wear), fungsinya untuk menghangatkan tubuh saat cuaca dingin. Saya membelinya 6 tahun yang lalu saat di Hongkong tapi karena good quality jadi masih layak pakai. Untuk Reyhan saya beli di Bandung, di toko khusus perlengkapan musim dingin.
d. Sarung tangan, kaos kaki, syal, vest/rompi (untuk Rey), sunglasses, sepatu, travel pillow, topi (saya sehari-hari memakai busana muslimah, namun saat traveling lebih nyaman menggunakan topi yang dikreasikan sedemikian rupa sehingga tetap menutupi kepala dan rambut, gembok (jadi merasa diingatlan setelah baca buku UKTripnya mbak Tita)
e. Perlengkapan sholat yang tipis dan ringan

4. Perlengkapan Mandi
a. Sabun, shampoo (travel size), sikat gigi, pasta gigi, body lotion (ini penting untuk melembabkan kulit)
b. Closet seat sanitizer (untuk membunuh kuman sebelum duduk diatas kloset), hand sanitizer, tisu kering, tisu basah, handuk ukuran sedang namun beratnya yang ringan, payung dan jas hujan (antisipasi terhadap berbagai cuaca, bila memutuskan beli disana akan membutuhkan dana yang lebih besar dibanding dengan membawanya dari Indonesia)

5. Obat-obatan
a. Obat flu, demam, pusing, diare, batuk (obat batuk asma untuk Rey), vitamin
b. Obat gosok, minyak kayu putih, plester untuk luka, lotion anti nyamuk

6. Makanan dan peralatannya
a. Susu bubuk sachet, havermuut, mie instan, sambal botol, beras, macam-macam biskuit, permen, abon, ikan teri/tempe kering
b. Mug (ini penting karena di Eropa terdapat banyak kran air siap minum)
c. Stainless bottle (karena kami menyukai minuman hangat)
d. Sendok-garpu lipat

7. Kosmetik
Sebagai wanita yang anti menggunakan bedak (walau saya terlihat modis dalam berpakaian, kata sebagian besar teman), namun dalam hal wajah saya menyukai tampilan alami yang minimalis tanpa polesan sehingga tidak berasa seperti badut atau topeng hehe. Jadi kosmetik yang dibawa hanya vitamin untuk wajah, pelembab siang & malam, sunblock (kalau diperlukan), sabun cuci muka, lip balm, lipstik, deodorant, parfume (travel size)

Dari daftar diatas terlihat banyak barang yang akan habis saat kepulangan sehingga koper akan berganti diisi oleh souvenir atau barang yang kami beli. Hal ini sudah saya pikirkan agar tidak ada penambahan jumlah tas maupun koper saat pulang ke Indonesia kecuali yang telah saya siapkan yaitu satu buah backpack yang dilipat dan disimpan dalam koper saat keberangkatan.

Friday 18 February 2011

Europe for Kid, pilih-pilih destinasi wisata

Dalam menentukan hal ini, saya selalu mendiskusikannya bersama Reyhan. Saya beri dia berbagai alternatif pilihan beserta info lengkapnya yang ‘diberikan cuma-cuma’ oleh um gugel. Meminjam motto para prajurit, jangan pergi ke medan perang tanpa senjata. Begitu juga dengan traveling ini, Eropa diibaratkan sebagai medan perang dan saya wajib hukumnya untuk mencari info selengkap-lengkapnya mulai dari A sampai Z. Jadi seolah saya mengetahui semua seluk beluk Eropa termasuk rintangan, lekukan, belokan bahkan ‘ranjau-ranjau yang tersembunyi’, agar kemungkinan ‘terpeleset’ menjadi sangat kecil (semoga Allah melindungi).

Tempat wisata yang akan kami kunjungi disesuaikan minat masing-masing dengan proporsi fleksibel tergantung ‘atraksi’ yang terdapat di kota tertentu. Berikut adalah sebagian tempat-tempat terpilih. Pilihan Reyhan : London eye, Nemo science center Amsterdam, Museum komik Brussel, Legoland Berlin, Euro Disney Paris, Colloseum Roma, Museum Vatican, Museum Galilleo Florence, dll. Sebagai penyuka fashion saya memilih : Harrods Store London, Oxford Fashion Distric, Hermes Paris, Milan (window shopping atau shopping beneran di kota mode ini hehe), dll. Untuk tempat wisata umum juga masuk dalam daftar, seperti : Eiffel, menara Pisa, Buckingham Palace, Tembok Berlin, Madame Tussaud Museum, keukenhof, dll. Oya ada special request dari Reyhan ingin melihat stadion sepakbola di Eropa, dengan pertimbangan jarak dan waktu saya putuskan Wembley stadium di London dan AS Roma Stadium di Roma.

Itinerary telah lengkap, tugas saya selanjutnya ‘meramu’ menjadi lebih spesifik dengan melengkapi semua informasi seperti : how to get there, ticket price, opening hours,dan tentu yang tak kalah penting saya selalu ‘korek’ info dari um gugel tentang hot deal/special offer, biasanya ditawarkan secara online (tidak dijual di ticket office-nya)dan itu akan saya beli sesaat sebelum keberangkatan (mencatat batas waktu pembelian sehingga tidak terlambat membelinya). Dan ada juga pertimbangan membeli kartu Pass (kartu yang diterbitkan oleh pemerintah kota setempat untuk para wisatawan dengan berbagai fasilitas), sebelum membeli saya pelajari secara detail benefit yang didapatkan dari Pass tersebut dan ternyata masing-masing kota memiliki penawaran yang berbeda. Misal di London saya tidak membeli London Pass karena benefitnya tidak bisa optimal kami gunakan jadi cukup membeli oyster card (tiket terusan untuk menggunakan berbagai alat transportasi, ada berbagai pilihan harga sesuai benefit yang diberikan). Holland Pass jadi pilihan saya karena banyak atraksi anak-anak maupun museum yang masuk dalam free entry and skip the line. Artinya pemegang kartu bebas tiket masuk dan tidak perlu antri sehingga dapat menghemat biaya dan waktu. Kelebihan Holland Pass kita bisa create sendiri benefit mana saja yang kita inginkan dari sekian banyak benefit yang ditawarkan. Begitulah saya mempersiapkan perjalanan ini sedetail mungkin di tiap kotanya, termasuk harus mengetahui jarak dan waktu tempuh dari satu lokasi ke lokasi lainnya sehingga dalam sekali jalan bisa ditentukan kunjungan dengan tempat yang berdekatan sehingga tidak buang waktu.

Akomodasi di Eropa


Seperti biasa, langkah pertama untuk mendapatkan penawaran istimewa adalah mendaftar jadi member. Untuk hal ini saya mendaftar member : www.booking.com, www.agoda.com, www.hostel.com, www.venere.com. Saya sabar menunggu penawaran istimewa sampai batas waktu harus apply visa, karena bukti booking hotel menjadi salah satu syaratnya. Sambil menunggu, saya mencari tahu apa kelebihan dari ke-4 hotel agency tersebut. Dan didapat informasi, Booking.com tidak memerlukan booking fee juga memberikan informasi yang lengkap tentang segala hal yang diperlukan wisatawan, pembayaran dilakukan saat reservasi di hotel, agoda.com pembayaran dimuka (saat booking langsung dilakukan pembayaran secara online dan harga seringkali lebih murah di banding booking.com), hostel.com menawarkan banyak kamar murah dengan model dorm, tapi ini saya lewatkan karena ada ketentuan anak usia dibawah 12 tahun tidak boleh bergabung di dorm tanpa ditemani kerabatnya. Artinya sama saja saya harus pesan private room dengan harga tidak jauh beda dengan hotel bintang 2 atau 3. Venere.com, bagi saya kurang informatif tentang detail lokasi dan segala sesuatu yang berada disekelilingnya.

Yang menjadi pertimbangan saya juga adalah ulasan tamu dan nilainya. Karena dari situ saya akan semakin ‘mengenal erat’ hotel yang akan saya tinggali. Alhamdulillah tak lama setelah saya mengetahui hal-hal diatas, ada pesan elektronik dari booking.com tentang penawaran hotel di Eropa. Karena sebelumnya saya telah melakukan survey beberapa hotel, maka tidak sulit untuk melakukan pemesanan. Pemilihan hotel sesuai dengan kriteria yang saya tetapkan yaitu :
1. Hotel bintang 2/3 (budget hotel)
2. Dekat dengan public transportation
3. Private toilet &bathroom (kamar mandiri & WC di dalam kamar) karena ada beberapa kamar yang kamar mandi dan WC-nya berbagi dengan penghuni kamar lainnya tentu dengan harga kamar yang lebih murah. Saya memutuskan memilih kamar dengan private bathroom mengingat saya dan Reyhan memiliki karakter ‘yin’, dalam ilmu akupunktur disebutkan bahwa orang dengan karakter yin salah satunya adalah ‘beser’ (bahasa jawa :sering BAK)
4. Seringkali penawaran istimewa, harga tertera tidak termasuk sarapan pagi. Justru itulah yang saya pilih mengingat saya dan Rey tidak memiliki kapasitas yang besar untuk makan sehingga menjadi boros bila saya memilih kamar dengan fasilitas sarapan. Penghematan harga dari tiadanya sarapan bisa mencapai 10 Euro/orang.
5. Memiliki fasilitas sharing kitchen, banyak hotel di Eropa yang memiliki fasilitas ini karena si pemilik mengetahui bahwa seringkali wisatawan lintas benua membutuhkannya. Saya berencana membawa travel rice cooker dan lauk kering jadi breakfast dan dinner kami akan masak sendiri, wisata kulinernya saat lunch saja karena dipastikan kami berada di luar hotel.
6. Harga kamar saya targetkan maksimal 70 Euro/kamar/hari. Alhamdulillah saya berhasil melakukan pemesanan kamar di semua kota tujuan dengan harga di bawah itu.
Jadi, ternyata traveling ke Eropa murah kan, dengan syarat kita mempersiapkan segala sesuatunya jauh hari. Buka mata dan telinga selebar-lebarnya dan jangan malu bertanya kepada mereka yang telah berpengalaman agar informasi yang kita kumpulkan menjadi lengkap. Itu sangat penting agar bisa bergumam “Eropa ada digenggaman” hehe.

Sunday 13 February 2011

Mau lihat apa saja di Singapura ?

“Aku mau lihat salju”
“Aku mau main air”
“Aku mau menginjak sirkuit F1”
“Aku mau lihat arsitektur bangunan dan gedung-gedungnya”
“Aku mau nyobain naik mrt dan naik bis tingkat”
Banyak keinginan terbentur waktu dan tenaga yang terbatas. Tidak mau meleset dari tujuan awal untuk memberikan pengalaman terbang dan jalan-jalan yang menyenangkan buat anak-anak, saya gak mau pasang target banyak tempat yang harus dikunjungi. Yang utama adalah mencari pengalaman baru jalan jauh sekeluarga, melihat hal-hal baru, terutama yang belum pernah dilihat di kota kami.

Saya mengusulkan agar kami ikut dalam tour dalam kota. Selain menghemat waktu, kami bisa mendapatkan cerita langsung dari guide tentang tempat-tempat yang dilewati. Tiket masuk untuk beberapa museum dan tujuan wisata lainnya sudah termasuk dalam harga paket tour. Memang kesannya jadi kurang menantang, duduk-duduk di bis tour dengan atap terbuka tanpa perlu blusukan langsung naik-turun kendaraan umum dan berjalan kaki. Meskipun begitu pengalaman berpetualangnya tidak kalah seru kok. Apalagi dengan anak-anak yang belum terbiasa berjalan jauh, ikut tour bisa jadi pilihan bijaksana untuk menghemat tenaga dan menjaga mood mereka.

Ada banyak pilihan paket tour, salah satunya yang menarik yaitu Singapore Pass dari Duck&Hippo Tour. Dengan Singapore Pass, kami bisa menaiki Duck Hippo – mobil amphibi yang bisa berkeliling di darat dan masuk ke air-, unlimited hop on&off City tour & Heritage tour bus, naik Sentosa Rhino menuju Sentosa, Rivercruise –naik perahu menyusuri sungai, naik di Clarke Quay-, ikut Moonlight Adventure dan nonton Song of the Sea (tidak termasuk tiket Song of the Sea) dan masuk ke berbagai tempat tanpa perlu bayar tiket masuk lagi. Termasuk gratis naik Singapore Flyer –the biggest wheel for now, 165m-

Singapore Pass ini berlaku 48jam, jadi buat yang waktunya longgar, siapkan 2 hari untuk khusus ikut tour ini. Direkomendasikan buat yang pertama kali datang ke Singapur, bisa cepet hafal jalan dan transport gratis ke tempat-tempat menarik tanpa bingung naik taksi. Harganya 63$/dewasa, 33$/anak-anak (usia 3-12thn).

Menghindari kebosanan anak-anak jika acara jalan-jalan kali ini isinya “hanya” kelilingan kota lihat bangunan bersejarah dan museum, sesuai usulan mereka melihat salju, maka saya jadwalkan juga kunjungan ke Snow City sekalian lihat Singapore Science Center. Sebenarnya di Jogja juga mereka sering ke Taman Pintar yang mirip Science Center, ya sekalian studi bandinglah ya :-D
Untuk Bram yang menginginkan main air di pantai, Pulau Sentosa masuk juga dalam itenary perjalanan.

Apalagi yang tidak ada di Jogja ? Oh iya, ke IKEA, toko perlengkapan rumah serba ada. Lumayan untuk cuci mata dan melirik produk-produk dalam katalog terbarunya. Mencari inspirasi untuk mengisi calon rumah baru yang bahkan belum mulai dibangun ...hehehe.
Saya juga menghubungi beberapa teman yang sudah lama tinggal di Singapura, teman yang saya kenal dari jejaring dunia maya, tetapi akrabnya tiada beda dengan teman nyata. Janjian untuk kopdaran (kopi darat alias ketemuan) dengan waktu yang disesuaikan dengan kesibukan mereka dan waktu luang kami di sela-sela jadwal kelilingan. Biar ngerasain juga mampir ke tempat tinggal orang di Singapura gitu :-D -shant-

Saturday 12 February 2011

(Singapura) Pilih Hotel atau Apartemen ?

Memilih tempat menginap ketika bepergian membawa 2 anak kecil membutuhkan pertimbangan sedikit lebih banyak. Mengingat Singapura terkenal dengan sistem transporatsi umum yang bagus, maka kami ingin memilih tempat menginap yang dekat dengan halte bus atau stasiun MRT (Mass Rapid Transportation). Rencananya kami nanti mau nyobain naik angkutan umum instead of naksi kemana-mana.

Saya menganggarkan 100SGD/malam untuk tempat menginap, dengan harapan cukup untuk satu buah kamar tidur dengan 1queen+1 single bed untuk kami berempat. Beda dengan para backpacker yang cukup membayar 20SGD-40SGD untuk menginap di hostel yang banyak bertebaran mulai dari daerah Bugis, Lavender, Little India, Chinatown hingga red distict Geylang. Maklumlah ada 2 anak kecil yang sudah pasti tidak diterima di hostel. Kebanyakan hostel menerapkan aturan hanya menerima tamu di atas 18thn.

Dueng !! Rupanya harga kamar hotel di Singapura lebih mahal dari kebanyakan hotel di Jakarta. Kamar type family yang saya inginkan rata-rata harganya lebih dari 150SGD. Dilihat dari fotonya, kamarnya benar-benar hanya berisi tempat tidur dan kamar mandi shower berukuran kecil. Rasanya penuh sesak, belum lagi ketidaktersediaan sarapan dan alat masak sederhana dalam kamar. Mengingat Bram masih minum susu formula dalam dot, paling tidak saya perlu tempat mencuci botol dan merebus dengan air panas. Jaringan hotel Fragance dan Hotel81 yang terkenal berharga miring, juga memasang tarif lumayan untuk cabang hotel di daerah strategis.

Saya mencoba mencari informasi di internet tentang tempat menginap alternatif selain hotel. Dari beberapa blog keluarga yang sedang liburan ke Singapura, mereka memilih menyewa unit apartemen agar bisa menampung banyak orang. Biasanya dalam satu apartemen terdapat 3 kamar tidur yang disewakan, memiliki ruang tamu, ruang makan, dapur hingga mesin cuci. Untuk rombongan kecil seperti kami, tidak perlu menyewa seluruh unit apartemen, boleh menyewa 1 kamar saja, sharing dengan tamu lain. Kelebihannya, meskipun kamarnya mungkin berukuran sama dengan kamar hotel, kami bisa memasak di dapur dan mencuci baju sendiri tanpa membayar laundry.

Masalahnya, bagaimana kami bisa tahu kamar apartemen mana saja yg disewakan dan kamar mana yang layak kami sewa ? Selama ini teman-teman kami yang pernah liburan ke Singapura kebanyakan lajangers bergaya backpack yang menginap di dorm hostel. Lagi-lagi kami mengandalkan informasi dari internet. Ternyata banyak apartemen di daerah Orchad, Sommerset dan Chinatown. Ketiganya berdekatan dengan stasiun MRT. Konon banyak orang Indonesia yang menjadi owner unit apartemen untuk disewakan. Bahkan beberapa kontak person-nya adalah no telepon Indonesia.

Saya juga mencoba memasukkan pencarian apartemen di situs http://singaporedailyapartment.panduanwisata.com/category/singapore-daily-room-enquiry/ . Cukup mencantumkan nama, alamat email, jumlah orang yang akan menginap, rencana lama tinggal di Singapura, range harga yang dianggarkan sampai daerah yang diinginkan. Nantinya akan ada banyak email yang masuk dari para pemilik apartemen yang menawarkan apartemennya.

Dari sekian banyak yang tawaran yang dikirim pemilik/pengelola unit apartemen, ada beberapa yang menarik. Apartemen di dekat MRT Lavender seharga 80SGD/malam, apartemen dekat MRT Khatib seharga 60SGD/malam, hingga apt dekat MRT Angmokio yang juga menetapkan harga sewa 60SGD/malam. Semuanya menawarkan 1queenbed+1 singlebed, AC, lemari, kamar mandi sharing untuk 2 kamar. Dilihat dari foto-fotonyapun lumayan. Tapi pilihan saya jatuh ke apartemen Lucky Plaza, dekat MRT Orchard seharga 100SGD/malam. Ada AC, jendela dengan pemandangan RS Mounth Elizabeth, 1queenbed+1sofabed lebar, lemari, meja rias+kaca. Ada 3 kamar yang disewakan dan 2 kamar mandi untuk bersama. Horenya lagi, ada kulkas, dapur, meja makan plus sarapan roti bakar, mesin cuci dan persediaan air minum gratis. Serasa menginap di rumah saudara saja.

Pertimbangan lainnya, unit apartemen ini jadi satu dengan mall Lucky Plaza. Jika kami kehabisan ide mau makan dimana, tinggal turun ke lantai 1, ada foodcourt yang menyediakan bermacam-macam makanan yang bisa dipilih. Mulai dari makanan Indonesia semacam nasi padang, nasi goreng dan bakso, juga ada chicken rice dan fast food yang biasanya jadi makanan mewah anak-anak (mewah, karena tidak boleh terlalu sering, banyak kalori dan kurang nutrisi)

Pemilik unit apartemen ini kebetulan orang Indonesia, begitu dipesan, saya harus membayar uang muka sebesar tarif menginap 1 malam, ditransfer ke rekening di Indonesia dalam rupiah. Sisa pembayaran harus dibayarkan ketika kami check-in dalam SGD. Baiklah, setelah membaca review beberapa tamu yang menginap di sana, saya merasa sreg dengan syarat-syarat yang diberikan. Dan percaya bahwa mereka tidak menipu dengan memberikan apartemen fiktif, maka pembayaran uang muka segera saya transfer. Saya mendapatkan tanda terima yg dikirim via fax, yang selanjutnya harus saya bawa ketika check in di hari H. -shant-